WELCOME

Assalamu'alaikum...

Ahlan Wasahlan.....

Toek Para Blogger yg baek ati...
nyoook singgah di blog ayeee....
gag pake' uang muka kuuuug...heheheheh..

n' atu age neh...
mohon kritik n' saran yg membangun yea wad Blog we kedepannyeee...^_^

Jumat, 22 April 2011

PENYESUAIN DIRI
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Pengertian
Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan: "Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation".(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment.
Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembasangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.
PERTUMBUHAN PERSONAL
A.Pengertian
Monks, Knoers, dan Haditono (1984) menyatakan bahwa pekembangan sama dengan pertumbuhan. Sementara menurut Kasiram, pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam waktu atau fungsi - fungsi mental, sedangkan perkembangan makna adanya pemunculan hal baru.
Menurut kartono pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi - fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam waktu tertentu. Kartini Kartono mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi - fungsi psikis dan fisis pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu. Menurut J.P.Chaplin (1972) perkembangan adalah proses perubahan jasmani dan rohani manusia menuju arah yang lebih maju dan sempurna.
B. Fase dan Tugas Perkembangan
Fase dan tugas perkembangan adalah tahapan perkembangan anak dan target yang harus dicapai seorang anak.
1. Fase dan tugas perkembangan menurut Buhler
a. Fase pertama (0 - 1 tahun)
Masa untuk memahami berbagai objek lingkunagan dan melatih fungsi yang berhubungan dengan gerakan - gerakan anggota badan.
b. Fase kedua (2 - 4 tahun)
Masa pengenalan dunia objektif dengan penghayatan yang subjektif. Mulai ada pengenalan pada diri sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri.
c. Fase ketiga (5 - 8 tahun)
Masa sosialisasi pada anak. Masa dimana anak mulai memasuki masyarakat dan belajar mengenal lingkungan sekitar secara objektif. Belajar mengenai arti prestasi, pekerjaan dan tugas - tugas kewajiban.
d. Fase keempat (9 - 11 tahun)
Padamasa ini anak mencapai objektifitas tertinggi. Memasuki masa menyelidik, mencoba dan bereksperimen karena rasa ingin tahunya yang besar. Pada akhir fase ini anak mulai berpikir tentang diri pribadi.
e. Fase kelima (14 - 19 tahun)
Merupakan masa tercapainya keseimbangan diantara sikap kedalam diri sendiri dengan sikap keluar. Setelah berusia 16 tahun anak mulai belajar melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri dan mengarahkan minatnya pada kehidupan yang konkret. Kemudian terbentuklah penyesuaian antara pengarahan keluar dan kedalam. Diantara subjek dan objek mulai terbentuk synthese. Kemudian individu memasuki masa dewasa.
2. Fase dan tugas perkembangan menurut Hurlock
a. Prenatal ( sebelum lahir )
b. Masa Natal
Lahir - 14 hari ( infancy ). Merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan.
Masa Bayi ( 2 minggu - 2 tahun ). Bayi sebelumnya tidak berdaya kini mulai berdiri sendiri karena tubuhnya mulai kuat.
Masa Anak ( 2 - 10/11 tahun ). Masa seorang anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan. Saat usia 6 tahun adalah masa penting proses sosialisasi.
c. Masa Remaja
Pra Remaja (mencari 11/12 - 13/14 tahun). Dikatakan sebagai fase negatif, dimana anak memperlihatkan tingkah laku yang cenderung negatif.
Remaja Awal (13/14 - 17 tahun). Masa dimana individu mencari identitas diri.
d. Dewasa
Dewasa Awal (21 - 40 tahun). Masa penyesuaian terhadap pola hidup baru dan harapan mengembangkan sifat - sifat, nilai - nilai yang serba baru.
Dewasa Menengah (40 - 60 tahun). Merupakan masa transisi, masa penyesuaian kembali. Masa mendekati masa dewasa.
3. Menurut Erikson
a. Masa Bayi (0 - 11/2 tahun). Masa sebuah kepercayaan harus ditanamkan bahwa dunia ini adalah tempat yang baik baginya.
b. Masa Toddler (11/2 - 3 tahun). Anak mulai memisahkan diri dari ibu dan lainnya kemudian menguasai diri, lingkungan, dan keteampilan dasar. Pengawasan orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi perkembangan anak.
c. Awal Masa anak - anak (4 - 7 tahun). Anak mulai bersosialisaisi dan menyesuaikan diri dengan kelompok. Orang tua harus memberi contoh yang baik, karena anak akan mencontoh orang dewasa.
d. Akhir masa anak - anak (8 - 11 tahun). Masa berkelompok dan berorganisasi. Orang tua mengajarkan kerajinan, dan mengarahkannya pada hal yang positif.
e. Awal masa remaja (12 - 15 tahun). Masa transisi anak, anak mulai mencari kegiatan yang disenangi, orang tiua perlu mendukung asalkan bersifat positif.
f. Masa remaja sejati (16 - 18 tahun). Masa seorang anak menentukan tujuan hidupnya. Orang tua harus mendukung pilihannya demi kebaikan anak tersebut.
g. Awal masa dewasa (19 - 25 tahun). Seoranng anak mulai mandiri dengan apa yang telah dipilihnya. Bisa bekerja, menikah, atau kuliah.
h. Kedewasaan dan masa tua (25 tahun ke atas). Mulai tumbuh rasa kasih pada lawan jenis dan mulai memikirkan kebijakan-kebijakan dalam kehidupannya.
4. Menurut Havighurst
Menurutnya trugas perkembangan yaitu tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma - norma masyarakat serta kebudayaan.
a. Periode bayi dan anak kecil
Anak mulai belajar berjalan, berbahasa, dan mengendalikan geraknya, mulai belajar aturan sesuai jenis kelamin dan berhubungan dengan orang lain. Anak mulai mengenal realita fisik, realita sosial, dan belajar apa yang benar dan apa yang salah.
b. Periode anak sekolah
Mengenal hidup sehat, belajar peranan jenis kelamin, dan belajar berkelompok. Anak mulai belajar membaca, menulis, dan berhitung. Belajar tentang kehidupan sehari-hari dan mengalami perkembangan moralitas.
c. Masa muda
Anak menerima keadaan jasmaninya. Menerima peranan jenis kelamin, belajar mandiri secara emosional, dan belajar bertanggungjawab sebagai bagian masyarakat. Perkembangan gambaran dunia yang sebenarnya dan persiapan mandiri secara ekonomi.
d. Masa dewasa muda
Belajar membentuk keluarga kemudian menemukan kelompok sosial. Menerima tanggungjawab warga negara dan mulai bekerja.
e. Periode usia tengah baya
Menolong anak menjadi dewasa dan menerima terhadap percobaan fisik dan fisiologik. Mencapai tanggungjawab sosial dan warga negara serta mencapai standar hidup ekonomis.
f. Masa dewasa lanjut
Melakukan penyesuaian terhadap menurunnya kekuatan fisik, menyesuaikan dengan kematian teman hidup dan menemukan relasi kelompok. Memenuhi kewajiban sosial dan warga negara. Penyesuaian dengan masa pensiun.
C. Prinsip Perkembangan
1. Perkembangan bersifat progresif, teratur, koheren, dan berkesinambungan. Jadi tahap pertama dan selanjutnya saling berkaitan
2. Perkembangan menuju proses diferensiasi dan integrasi. Maksudnya anak adalah suatu totalitas yang perkembangan aspek fisik-motorik, mental, emosi, dan social saling berkaitan.
3. Perkembangan dimulai dari respons yang sifatnya umum menuju yang sifatnya khusus.
4. Perkembangan berlangsung secara berantai.
- Teori equilibrium mengatakan bahwa individu selalu berusaha mengatasi kesulitannya. Motif utama dari hidup ini adalah melepaskan diri dari semua rintangan untuk mencapai kepuasan dan keseimbangan batin.
- Teori Disequilibrium, menurut teori ini anak justru tidak mencari keseimbangan, dan sengaja mencari ketidakseimbangan dengan mencoba macam-macam aktivitas sesuai potensinya.
5. Kecepatan perkembangan anak yang satu berbeda dengan yang lain, baik perkembangan organ atau aspek kejiwaannya.
6. Perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik terkadang turun. Menurut ahli psikologi anak biasanya mengalami masa krisis yakni krisis pertama pad usia 2 - 3 tahun anak menjadi egois dan bertingkah laku mendahulukan kepentingan pribadi. Krisis kedua pada usia 14 - 17 tahun anak sering membantah orang tua dalam mencapai identitas diri.
7. Perkembangan mendorong anak mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif.
8. Perkembangan mengalami masa peka yaitu masa saat fungsi jasmani dan rohani berkembang dengan cepat.
9. Perkembangan tidak hanya dipengaruhi faktor pembawaannya tetapi didukung oleh lingkungan. Faktor pembawaannya hanyalah bakat untuk memberikan kemungkinan berkembang saja.
D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
1. Faktor heriditas
Perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya sejak lahir baik dari keturunan orang tua, nenek moyang, atau karena memang ditakdirkan demikian.
2. Faktor lingkungan
Akan baik atau buruk seorang anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan bakat pembawannya dapat ditutup dengan pendidikan.
E. Aliran Psikologi dan Implikasinya Dalam Pembelajaran
1. Aliran Nativisme
Berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan bakatnya sejak lahir sehingga pengalaman tak berpengaruh apa - apa. Jadi anak harus diberi kebebasan mencari apa yang mereka perlukan.
2. Aliran empirisme
Menurut aliran empirisme seorang anak bagaikan kertas putih ketika dilahirkan dan lingkungan adalah tintanya sehingga akan jadi seperti apa kertas itu tergantung tinta yang melukisnya, sehingga pendidikan harus diberikan dengan baik agar anak dapat menerapkannya dalam masyarakat.
3. Aliran konvergensi
Aliran konvergensi menganggap factor hriditas dan lingkungan sama pentingnya.Bakat tak berarti tanpa pendidikan dan sebaliknya pengalaman tanpa bakat tak kan mampu berkembang dengan baik. Pendidikan perlu diberikan dengan tetap memperhatikan bakat siswa. Pendidikan formal yang diikuti bias ditmbahkan extrakulikuler sesuai minat atau bakat.
4. Aliran ?Gestalt
Aliran gestalt menurutnya kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis ke dalam elemen-elemen. Keseluruhan lebih dari penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan lebih dulu ditanggapi perbagiannya, dan bagian-bagian tersebut harus memperoleh makna keseluruhan. Siswa diajak mempelajari konsep - konsep mata pelajaran, lalu diberi penjelasan mengenai konsep tersebut.
5. Aliran behaviorisme
Mengatakan bahwa manusia lahir tak membawa apa-apa, manusia berkembang berdasarkan stimulus dari lingkungan dan seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang merangsang anak untuk belajar.
6. Aliran Konstruktivisme
Berpendapat bahwa dalam belajar anak itu aktif membangun pengetahuan tentang dunianya. Karena itu belajar dianggap sebagai proses yang bersifat personal dan aktif. Pendidik perlu memberikan rangsangan ( tugas ) agar siswa aktif mencari tahu untuk membangun pengetahuan pada dirinya.
7. Aliran humanism
Memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitifnya saja, tetapi melibatkan seluruh aspek yang ada. Dalam belajar mungkin perlu adanya variasi, seperti menggambar di taman atau halaman agar fisik dan sosialisasi dengan lingkunganpun tetap ada dalam belajar.
8. Aliran kognitif
Menurut aliran kognitif perkembangan kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pendidik harus menciptakan suasana lingkungan yang baik, menarik tetapi tetap membuat anak belajar atau berpikir.
Pertumbuhan adalah perubahan kearah yang semakin meningkat hingga batas tertentu dantidak mungkin menurun lagi. Sedangkan perkembangan adalah tahapan - tahapan perubahan yang berlangsung sepanjang usia. Perkembangan tidak ada batasnya dan kadang mengalami penurunan dan kadang berhenti.
Jadi perkembangan itu saling berkesinambungan dan berkaitan antara aspek yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan bersifat umum menuju yang khusus dan berlangsung secara berantai. Terkadang anak mencari sendiri aktivitas sesuai potensinya dan tidak selalumencari keseimbangan. Kecepatan perkembangan seorang anak berbeda denngan yang lain dan berlangsung tidak tetap terkadang naik dan juga turun. Perkembangan mengalami masa peka dan mendorong anak menghindari hal-hal negative. Perkembangan tidak hanya ditentukan oleh bakat pembawaannya, tetapi juga bergantung pada lingkungannya sehingga anak perlu diberi pendidikan untuk perkembangannya.
Stress
DEFINISI STRESS
Menurut cooper (1994), Stess dapat didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat keteganagn fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek. Stress sangat bersifat individual pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan bebena yang dirasakannya (Hager,1999) Bahkan, Stress dapat mempengaruhi fungsi alat alat tubuh (Hawari,2000)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu ketegangan yang memberikan dampak negatif bagi manusia dari segi fisik maupun psikis yang merupakan akibat dari segala tuntutan yang harus diselesaikannya.
MACAM MACAM STRESS
- Eustress
Yaitu stress yang memiliki dampak positif karena mampu mendorong individu-individu untuk melakukan hal hal terbaik dalam masalahnya.
- Distress
Yaitu stress yang meiliki dampak negative karena memberikan energy menyakitkan atau merugikan bahkan dapat menyebabkan :
a. Depresi
Hal ini ditandai munculnya rasa sedih, kesepian, merasa tidak berarti, berpikir untuk mati, sulit tidur, sering menangis, dan merasa tidak mampu lagi untuk berdiri.
b. Kecemasan
Hal ini ditandai denagn sering merasa tegang , kawatir, mudah marah, dan sering merasa takut.
Selain itu, Weiten (1992) menjelaskan adanya empat jenis stress, antara lain :
- Frustasi
Kondisi dimana seorang merasa jalan yang ditempuh untuk meraih tujuan terhambat
- Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lbih perilaku saling berbenturan, dimana masing masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan atau malah saling memberatkan.
- Perubahan
Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondiisi yang tidak semestinya seta membutuhkan adanya suatu penyesuaian.
Kondisi dimana terdapat suatu harapan yang sangat besar terhadap seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
MODEL-MODEL STRESS
Beberapa model-model stress (vivien, 2009), yaitu :
Model stress berdasarkan stimulus
Hukum elastisitas. Jika train yang dihasilkan melampaui batas elastisistasnya maka kerusakan akan terjadi. Stress sebagai cirri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap menggagu atau merusak. Stressor eksternal kan menimbulkan reaaksi stress atau strain dalam diri individu. Stress sebagai sesuatu yang dipelajari
Model stress berdasarkan respon
Menurut Selye (1982), terdiri dari 3 tahapan yaitu :
Reaksi alarm : respon siaga (fight or flight. Peningkata cortical hormon, emosi dan ketegangan
Fase perlawanan (resistance) : Bila respon adaftif tidak mengurangi persepsi terhadap ancaman, ditandai hormon kortikal tetap tinggi. Usaha fisiologis untuk mengatasi stress mencapai kapasitas penuh.
Reaksi kelelahan : Perlawanan terhadap stress yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung perubanhan metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul saat kondisi menurun.
Model stress berdasarkan transaksional
Lingkungan dan individu terjadi proses penilaian kognitif (cognitive approsial)
Individu bervariasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannnya yaitu dengan melakukan coping terhadap berbagai tuntutan
TAHAPAN STRESS
Menurut patel (1996) menjelskan adanya berbagai jenis reaksi stress yang umumnya dialami manusia meliputi :


Too little stress
Dalam kondisi ini seseorang belum mengalami tantangan yang berat dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum sampai dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya kebosanan dan kurangnya makna dalm tujusn hidup.
Optimum stress
Seseorang mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi “atas” maupun “bawah” akibat proses manajemen yang baik oleh dirinya.
Yoo much stress
Dalam kondisi ini seseorang merasa telah melakukan pekerjaan yang terlalu banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun emosional, serta tidak mampu mnyediakan waktu nuntuk beristirahat . Kondisi ini dialami secara terus meneerus tanpa memperoleh hasil yang diharapkan.
Breakdown stress
Ketika pada tahap too much stress individu tetap meneruskan usahanya pada kondisi yang statis, kondisis akan berkembang menjadi adanya kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikonomatis.
GEJALA GEJALAA STRESS
Gejala psikologis
 Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
 Perasaan frustasi
 Sensitif & Hyperreactivity
 Memendam perasaan, menarik diri, depresi
 Komunikasi yang tidak efektif
 Perasaan terkucil & terasing
 Kelelahan mental
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas
 Menurunya rasa percaya diri

Gejala Fisiologis
 Menigkatnya denyut jantung, tekanan darah , dan kecendderungan mengalami penyakit
kardiovaskular
 Meningkatnyaa sekeresi dan hormone stress
 Gangguan gastrointestinal
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan.
 Kelelahan secra fisik
 Gangguan penapasan
 Gangguan pada kulit
 Sangguan tidur
 Rusaknya fungssi imun tubuh, termasuk resiko tinggi kemungkinan terkena kanker

Gejala perilaku
 Menurunyya prestasi
 Meningkatnya gangguan minuman keras dan obat obatan
 Perilaku makan yang tidak normal
 Meningkatnya agresitivitas, vamdalisme, dan kriminalitas
 Menurunya kualitas hubungan interpersonap dengan keluarga dan teman
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
PENYEBAB STRESS
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stress (stressor) terdiri dari empat hal utama, yakni :
- Extra organizational stressor, yang terdiri dari perubahan social atau teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan,ras dan kelas, dan keadaan komunitas atau yempat tinggal.
- Organizational stressor
- Group stressorIndividual stessor

Sedangkan cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stress menjadi dua :
a. Group stresssors
b. Individual stressor
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
ada beberapa fase :
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari dalam tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis dan reaksi fisiologis.
Tanda-tanda fisik :
- Curah jantung meningkat
- Peredaran darah cepat
- Banyak organ tubuh terpengaruh
- Memengaruhi denyut nadi
- Daya tahan tubuh menurun
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti :
- Pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah
- Akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.
Hormon Hormon yang lain akan dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun àtau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

Referensi :

Alisjahbana, A., Sidharta, M, Davidoff, M.A.W, 1991, Menuju kesejahteraan Jiwa, Jakarta; Penerbit, PT Gramedia
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia
Haditono (1984). Psikologi umum. Yogyakarta , Penerbit Andi
J.P.Chaplin (1972). ). Psikologi Perkembangan. Jakarta; Penerbit, PT Gramedia
cooper dan Davidson (1991) ; pengalih bahasa, Dominicus Rusdin-Jakarta; Bhuana Ilmu Populer, 2005.
Selye , 2006. Psikologi Remaja.Bandung: Pustaka Setia

Tidak ada komentar: