WELCOME

Assalamu'alaikum...

Ahlan Wasahlan.....

Toek Para Blogger yg baek ati...
nyoook singgah di blog ayeee....
gag pake' uang muka kuuuug...heheheheh..

n' atu age neh...
mohon kritik n' saran yg membangun yea wad Blog we kedepannyeee...^_^

Minggu, 23 Januari 2011

_mEnjeLang B'DAY_

Rentang waktu
terkadang membuat kita lupa
bahwa kita semakin dewasa
Rentang waktu
terkadang membuat kita lupa
bahwa kita telah melanggar titah Yang Kuasa
Rentang waktu
terkadang membuat kita sadar
bahwa kita hanya manusia
yang tak punya apa-apa
selain jasad yang tak berguna
Rentang waktu
terkadang membuat kita sadar
bahwa Tuhan tidak melihat harta dan rupa
melainkan hati yang ada di dalam dada
dan amal jasad yang lata
Walau Einstein berkata bahwa rentang waktu itu berbeda
tergantung dalam keadaan apa kita berada
Namun Tuhan telah berkata,
“Hanya Akulah yang tahu umur manusia”.
Sekular barat berkata,
“Waktu adalah dollar di dalam kantung”
Namun Hasan Al-Bana berkata,
“Waktu adalah pedang, potong atau terpotong”.
Waktu…..
Alam terus menari dalam simfoninya
Waktu…..
Umur manusia didikte olehnya
Waktu….. setiap detaknya
memakukan kita di persimpangan jalan
jalan Tuhan atau jalan setan
Rentang waktu…..
semoga tak melalaikan kita
tuk terus berjalan di jalan-Nya

SYAIR CINTA

Tanpa keteguhan sebuah hati
Cinta akan sekarat
Mengering dan merana
Lalu berakhir seperti sebuah kematian
Cinta ibarat matahari
Yang merekah jingga setiap fajar
Dan tenggelam setiap senja
Tapi ia selaalu terbit
Dengan pesona yang menyihirmu
Kau yang selalu mendamba bahagia
Hanya kan menuai kebahagiaan
Lewat jalan penderitaan yang harus kau tempuh tanpa mengenal putus asa
Tanpa pernah menyerah sekali pun
Betapa bahagia hati yang dirundung asmara
Saat cinta di sambut hangat sang kekasih
Sungguh, hati yang kasmaran
Adalah hati yang di penuhi kebahagiaan semata
Detak jam
menghujam di jantung
menjadi titik-titik
yang membentuk wajah mu
kemana pun ku memandang
dirimu memenuhi semua ruang di diriku
lalu menyatu dalam kerinduan yang melekat

_Rembulan Tak Seindah Pelangi_

Langit mengarak kelabu lewat awan yang berlalu,
hujan sampaikan pedih yang terabaikan.
Lirih aku menulis hati dengan warna sepi.

Redannya hujan yang mengembun,
memunculkan mentari kehangatan,
biasnya mentari tebarkan warna kesejukan
terlukiskan lewat indahnya pelangi
hingga ia memikatku untuk tersenyum padamu.

Hujan terus turun,
air terus mengalir,
mentari yang kulihat tadi kini sudah tenggelam.
Kini kumenanti datangnya rembulan,
untuk memiliki sebingkai harapan.

Begitu cepatkah mentari itu tenggelam padahal hangatnya baru lah kurasakan.
Hilanglah sudah pelangi keceriaan,
karna biasnya mentari tak lagi terpancarkan.
Ku tak yakin sebingkai harapan sang rembulan
dapat gantikan keindahan sang pelangi.

Kini kulihat rembulan yang datang terangi malam,
kurasakan syahdunya angin malam,
ku tatap langit dan kuhitungi bintang,
adakah sesosok diri yang datang,
untuk menemani dan membawakan aku satu bintang.

Terangnya rembulan tak seterang dirimu dihatiku,
hingga beribu bintang dilangit pun
akan kupersembahkah untuk buktikan ucapanku,
ku genggam erat tanganmu
dan takkan kulepaskan
hingga kau berikan indah cintamu hanya untukku

Dimanakah dirimu yang selalu kurindukan,
telah banyak kuhitungi bintang,
namun kau tak jua datang.
Ingin ku pergi ke bulan dan membawa sejuta harapan.
Oh malam dimana dirinya kau sembunyikan?
Mengapa begitu rentan kau hadirkan sebingkai harapan,
inginku kau kembali dalam dekapan,
untuk membawa sejuta harapan.

Kini kususuri malam yang bertabur bintang,
ku datang dengan sejuta harapan,
akan ku ajak kau menikmati indahnya rembulan
meski hanya dalam khayalan,
kuyakin hangatnya malam kan kau rasakan